Friday 16 August 2013

(1 + 5) Album Dirgahayu Republik Indonesia ke-68 : Album Sang Presiden


Saat gonjang ganjing masa kepresiden SBY di tahun 2007, beliau tiba-tiba melakukan sebuah spekulasi yang membuat kebanyakan masyarakat geram. Rilislah sebuah album musik pop berjudul "Rinduku Padamu" yang berisikan 9 buah karya dari tangan sang presiden Republik Indonesia tercinta ini.  "Kondisi negara sedang berantakan kok malah buat album?" , begitu mungkin kebanyakan masyarakat Indonesia berkomentar. Tak sedikit pula yang mendukung kesenangan Sang Presiden dalam berkesenian terutama seni musik (Konon beliau mempunyai grup band saat di Pacitan tahun 1960-an, penasaran?). Didukung oleh orang-orang yang besar di industri musik Indonesia seperti Darma Oratmangun, Jimmy Manopo, serta Purwacaraka mengundang banyak pro kontra.
Tapi jangan salah ini bukan yang pertama terjadi di republik ini. Untuk mengenang dirgahayu Republik Indonesia yang ke-68, berikut 5 album tambahan yang berhubungan dengan orang nomor wahid di negeri ini.

1. Various Artists - Mari Bersuka Ria dengan Irama Lenso. (1965)
Sang Proklamator lah yang pertama membuat album musik populer. Memang hanya satu lagu saja ia berperan langsung dalam tembang "Bersukaria" sebagai songwriter. Namun ide dibalik paketan musik ini jelas - jelas dari beliau. Mengingat tak sukanya Bung Karno akan paham imperialisme dan kapitalisme, Beliau mengajak rakyat Indonesia meninggalkan musik "ngak-ngik-ngok" dengan membuat langgam musik baru yaitu lenso. Tak ketinggalan lagu kontroversial paham komunis dimasukkan ke album ini. "Gendjer-Gendjer" versi Bing Slamet membahana di awal sisi kedua piringan hitam 10 inci ini. Sisanya diisi dengan lagu daerah seperti "Soleram", "Euis", masterpiece keroncong ciptaan maestro Gesang, "Bengawan Sala", serta lagu anak "Burung Kakatua". Dan menariknya lagi semuanya itu dibawakan dalam irama lenso di bawah pimpinan orkes Jack Lemmers.

2. Lilis Suryani -  … Ia Tetap di Atas!! (1965)
Legenda penyanyi wanita Indonesia Lilis Suryani diundang oleh Bung Karno untuk menyanyi di Istana Negara karena munculnya "Untuk PJM Presiden Sukarno" sebagai lagu pembuka pada album ini. PJM sendiri merupakan singkatan dari Paduka Jang Mulia. Ini masih tidak berlebihan jika mendengar lebih cermat isi lagunya yang lebay yaitu mengagung-agungkan Bung Karno. "Kan ku doakan ke hadirat Ilahi smoga paduka tetap sejahtera selalu, betapa bahagia rakyat Indonesia dalam bimbingan yang mulia" Jika melihat dari sudut pandang 48 tahun kemudian Sutedjo, sang pengarang, memilih kata-kata yang tepat namun sungguh ironi dengan kondisi negara saat itu yang sedang panas-panasnya. Lagu ini saya kira alih-alih doktrinasi secara paksa dari Bung Karno. Dilengkapi dengan "Gendjer-Gendjer" yang nantinya dikaitkan dengan PKI, album ini menjadi album fenomenal milik Lilis Suryani.

3.Onny Surjono - Siapa? (1965)
Produk latah dari Onny Suryono dikemas di album rilisan Remaco ini. Lagu berjudul "Bung Karno Djaja" yang menutup album ini sepertinya memang karya tandingan dari "Untuk PJM Presiden Soekarno". Saya melihat "Bung Karno Djaja" hanya menjadi strategi komersil mencoba mengulang sukses Lilis Suryani. Lainnya merupakan lagu pop tanpa berbau politik atau berkenaan dengan Sang Presiden.

4. Various Artists - Souvenir Pemilu 1971 (1971)
Kini giliran Pak Harto yang mencoba mencari perhatian masyarakat lewat jalur industri musik. Tampilan cover yang sangat Golkar - pohon beringin dengan latar warna kuning - dibintangi oleh Bing Slamet (Sebelumnya mengambil hati Bung Karno di album "Mari Bersuka Ria dengan Irama Lenso", kini pada Pak Harto), Vivi Sumanti, Ellya Khadam, serta Tanty Josepha. Lagu "Pohon Beringin" karya Suwandi yang menjadi andalan dari album ini dinyanyikan oleh Bing Slamet. Untuk melengkapi album propaganda ini disisipkan kembali lagu- lagu daerah yang tak sekadar lagu daerah biasa. Memang dari awal membuat album untuk tujuan propaganda maka tak heran jika kalimat "Politik? No! Pembangunan? Yes!" terucap di awal lagu "Tandjung Ou Ulate". Ada pula pengambilan lirik dari lagu "Bersukaria" ciptaan Bung Karno bertajuk sinisme. "Siapa bilang Bapak dari Blitar, Bapak kita dari Tanjung Enen. Siapa bilang sayang Golkar, jangan lupa cium beringin."  Selebihnya tak jauh-jauh dari cuplikan di atas.
5. Kelompok Kampungan - Mencari Tuhan (1980)
Tidak pernah saya dengar komplit album ini  tapi terselip satu buah lagu dengan judul "Bung Karno"  dengan pidato Bung Karno yang membuat saya merinding di awal tembang. Coba tengok beberapa ulasan mengenai album ini dan saya sisipkan satu ulasan favorit saya oleh Taufiq Rahman. Kabar baiknya, album ini telah direissue oleh Strawberry Rain Music di pertengahan tahun ini.







Di penghujung mungkin enaknya saya mengucapkan Dirgahayu Republik Indonesia!





No comments:

Post a Comment